Oleh:
Herman Darwis
PENDAHULUAN
Akuntansi secara tradisional dipahami dan diajarkan
sebagai satu set prosedur rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi,
yaitu informasi.yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pengendalian ( Watts aan Zimmerman 1986; Horngren
dan Foster 1991). Dalam pengertian ini, akuntansi tampak seperti teknologi yang
kelihatan konkrit, tangible dan bebas
dari nilai masyarakat (value-free)
dimana akuntansi tersebut dipraktikkan.
Pandangan konvensional ini bukannya keliru, tetapi pandangan yang homogen kurang menciptakan daya cipta.
Perbedaan pandangan justru akan mendorong semakin berkembangnya teori akuntansi
dan memperkaya pengetahuan kita tentang
ilmu akuntansi itu sendiri. Para akuntan yang
mengikuti paham konvensional melihat akuntansi dalam pengertian yang sempit. Mereka lebih menekankan kepada teknologi
akuntansi dengan mengesampingkan peran pelaku dan konteks sosial dimana
akuntansi itu diterapkan. Sehingga, seperti halnya para pendukung historical
dan current cost, para akuntan masih memfokuskan perhatiannya pada nilai
laporan keuangan untuk kepentingan para pemegang saham atau pemilik modal.
Pandangan ini dalam studi
kontemporer ternyata mendapatkan kritik yang keras dari pihak lain terutama
kritik dari sisi asumsi filosofisnya. Sejak tahun 1980-an, mulai ada perhatian dari
para peneliti akuntansi dalam memahami nilai akuntansi dalam pengertian yang
lebih luas, misalnya dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan organisasi. Adanya perhatian semacam ini
berakibat pemahaman akuntansi menjadi berubah, yaitu akuntansi mulai dipahami
sebagai entitas yang selalu berubah (an
ever-r-changing entry) dengan kata lain, akuntansi tidak lagi dipandang
sebagai produk jadi atau statis (a static
or finished product) dari suatu masyarakat, tetapi dipandang sebagai produk
yang selalu mengalami perubahan setiap waktu tergantung pada lingkungan dimana
ia hidup dan dipraktekan
Oleh
karena itu telah banyak pemikir yang mencoba memberikan alternatif akuntansi. Hayashi (1989) dalam Harahap (2007: 47) misalnya mengemukakan
beberapa school of though yang menganjurkan new paradigm of accounting
misalnya: British Critical Accounting
School, Political Ekonomi of Accounting, Howood’s alternative accounting, Gambling’
Sosietal accounting.
Tulisan ini akan
mengulas akuntansi ekonomi politik sebagai salah satu alternative dari
penelitian akuntansi yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi dalam
konteks lingkungan ekonomi, social dan politik.
AKUNTANSI EKONOMI POLITIK
Defenisi dari Akuntansi
Ekonomi Politik yaitu Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan
normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan
kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan
memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan.
Pendekatan AEP mencoba untuk
menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam
pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam
pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional
dari masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut
dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi,
akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
Akuntansi akonomi
politik tidak seperti akuntansi konvensional dalam pengakuan modal, bagi akuntansi ekonomi politik mengakui
adanya dua dimensi modal:
1. Sebagai instrumen (fisik) dari produksi.
2. Sebagai hubungan manusia dengan manusia
dalam organisasi sosial.
Perbedaan
bentuk masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan
ditandai oleh perbedaan institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara,
pendidikan, agama, undang-undang dan peraturan, administrasi politik
pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas
terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang
bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin selanjutnya
akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi, pengasingan, dan ketidakadilan,
Oleh karena itu,
tidak seperti pada akuntansi konvensional,
disini akuntansi memainkan sebuah peranan ideologis dalam melegitimasi
ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam hubungan antara
golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi
kekuatan yang tidak merata. Akuntansi
sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
Sebagai
contoh lain, penelitian yang dihasilkan oleh positivis untuk menilai kegunaan
dari laporan-laporan perusahaan bagi para pengguna hanya memiliki implikasi
bagi nilai informasi pribadi dengan bias untuk para pemegang saham dan golongan
manajer di dalam masyarakat, tidak membantu dalam merancang atau membuat alternatif
pilihan laporan-laporan akuntansi yang ditujukan untuk menginformasikan
kesejahteraan sosial. Dampak dari laporan-laporan akuntansi perusahaan bagi
kesejahteraan sosial termasuk di dalam bidang akuntansi ekonomi politis .
Apakah akuntansi ekonomi politis itu selain dugaan adanya perhatian
yang ia miliki dalam ideologi dan kesejahteraan sosial? la merupakan suatu
pendekatan akuntansi alternatif yang ditujukan untuk melihat fungsi akuntansi
di dalam lingkungan struktural dan institusional yang lebih luas di mana ia
beroperasi.
KERANGKA RISET DALAM PEA
Political
Economy of Accounting (PEA) menghasilkan kerangka yang lebih luas dan lebih
holistik untuk menganalisa dan memahami nilai laporan, berikut ini ditampilkan
kerangka riset dalam PEA:
Akuntansi dan kesejahteraan sosial
Riset akuntansi memperliahatkan bahwa semua keputusan
kebijakan akuntansi, termasuk pilihan sistem pengukuran akuntansi yang tepat,
harus dibuat menurut kontribusi setiap alternatif kepada keseluruhan
kesejahteraan sosial (Beaver dan Demski, 1974). Masalah yang dianggap penting
di sini berkisar seputar definisi dan pengukuran kesejahteraan sosial. Meski
peran sosial dari akuntansi telah banyak dijelaskan di beberapa waktu (misal,
Scott, 1931)
Prinsip kesejahteraan sosial masih diperdebatkan dan
bersifat politis. Dalam hal ini, riset akuntansi harus memutuskan suatu cara
yang lebih eksplisit tentang kepentingan
mana yang dilayaninya. Konseptualisasi alternatif tentang kesejahteraan sosial
bisa menggunakan pandangan agregat tentang masyarakat, yang menfokuskan pada
indikator sosial dari kesejahteraan, seperti perubahan dalam penghasilan nasional, distribusi kekayaan, statistik mortalitas, dan
sebagainya. Dengan konseptualisasi kesejahteraan sosial agregat, nilai laporan
korporat bisa mendukung pembentukan statistik ekonomi agregat dan perencanaan
nasional.
Selain itu, cara pengukuran kesejahteraan sosial bisa
berinteraksi dengan konseptualisasi kesejahteraan sosial dari peneliti.
Peneliti akuntansi, contohnya, harus mengetahui bahwa dalam memilih nilai uang
untuk mengukur biaya sosial dan keuntungan sistem akuntansi alternatif, mereka
harus menerima bahwa maksimisasi kekayaan adalah proksi yang tepat untuk
kesejahteraan sosial. Masih banyak keraguan seputar kebijaksanaan dari pilihan
tersebut, sebagian karena eksklusi “barang bebas” dari sebuah kalkulus
(Schumacher, 1974). Meski begitu, riset harus dilakukan untuk menaksir nilai
sistem akuntansi alternatif dalam parameter lain seperti pekerjaan, kesehatan
atau martabat diri, yang masing-masing adalah indikator untuk proksi
kesejahteraan sosial. Perlunya
upaya untuk menggunakan beberapa ukuran kesejahteraan sosial untuk itu peneliti
akuntansi harus bekerjasama secara erat dengan ilmuwan sosial lainnya, termasuk
pakar sosiologi, psikologi, dan ekonomi. Tetapi tidak disarankan untuk
menggunakan akuntansi sosial konvensional atau analisis keuntungan biaya dimana
dimensi yang digunakan hanyalah dimensi tunggal yaitu uang dan dinilai menurut
harga pasar.
Akuntansi sebagai ideologi
Dalam situasi dimana ada konflik
seputar target aktivitas sosial, Burchell dkk (1980) berpendapat bahwa
informasi akuntansi punya sebuah fungsi ideologi yang mana ini digunakan untuk
melegitimasi aktivitas tertentu atau merasionalisasikan perilaku sebelumnya.
Riset tentang peran ideologi bisa berada dalam bentuk investigasi tentang
kepentingan mana dalam ekonomi yang perlu dipenuhi dan kepentingan mana yang
bisa diabaikan oleh sistem pengukuran akuntansi yang digunakan dalam laporan
korporat.
Perspektif ideologi ini adalah pertimbangan bagaimana
laporan akuntansi digunakan dalam situasi yang penuh konflik ekonomi dan
politis. “Banyak laporan dari Counter
Information Services dapat dipandang sebagai upaya untuk memberikan
sumberdaya informasi bagi para pekerja yang memperjuangkan sesuatu, dan
berhadapan dengan sifat dari sistem ekonomi dan sosial yang menjadi sebab dan
isi perjuangan tersebut” (Ridgers, 1979). Dalam konteks penawaran kolektif,
Sherer dkk (1981) berpendapat bahwa manajer cenderung mendisklosur informasi akuntansi kepada serikat buruh untuk
memberikan bukti tentang ketidakmampuannya dalam membayar upah yang lebih
tinggi. Sebaliknya, ketika angka akuntansi konvensional tidak menunjukkan
posisi yang menguntungkan menurut perspektif manajemen, seperti ketika
perusahaan punya kemampuan untuk membayar upah tinggi, manajer dapat menolak
mendisklosur informasi akuntansi atau memberikan batasan bagi konvensi
akuntansi yang ada.
Solomons (1978) berpendapat bahwa akuntansi yang berguna
harus menjadi target dari kartografi. Meski begitu, kecil kemungkinan bahwa
metode akuntansi bisa netral dalam efeknya terhadap perilaku dan distribusi
penghasilan dan kekayaan dalam ekonomi. Karena itu, penggunaan satu sistem
pengukuran akuntansi bisa membantu mempertahankan kekuasaan terhadap kepentingan
di atas lainnya dalam masyarakat. Studi riset tentang akuntansi sebagai
ideologi akan menghasilkan pemahaman tentang hubungan antara akuntansi dan
distribusi sumberdaya dan kekuasan di dalam masyarakat, dan bisa menjelaskan beberapa
tipe sistem akuntansi yang dianggap tepat jika struktur masyarakat harus
dirubah.
Identifikasi masalah akuntansi
Profesi dan peneliti akuntansi
seringkali menjustifikasi pilihan masalah akuntansi yang harus diinvestigasi
menurut kepentingan publik. Meski begitu, makna frase “kepentingan publik” dan
pengaruhnya terhadap pilihan masalah akuntansi patut diteliti lebih lanjut.
Gouldner (1970) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sosial cenderung dipengaruhi
oleh kebutuhan klien dalam mendefinisikan riset relevan. Johnson (1972)
mengatakan bahwa klien dari akuntansi adalah korporasi indusri dan komersial
dan bahwa profesi akuntansi bisa dijalankan dalam patronase korporat. Beberapa
studi juga memperlihatkan bahwa ada persamaan kepentingan antar investor, korporasi
multinasional dan perusahaan audit multinasional besar (Rockness dan Nicolai,
1977; US Senate, 1976; Hussein dan Ketz, 1980). Persamaan ini bisa dilihat
ketika kebijakan akuntansi tidak merepresentasikan kepentingan kelas atau
kelompok lain di dalam masyarakat. Contoh, Lowe dkk (1981) berpendapat bahwa
kebijakan akuntansi cenderung melayani kepentingan sektor finansial yang
berlawanan dengan sektor industri di UK. Riset akuntansi (dan pasar kapital)
bisa memicu adanya de-industrialisasi ekonomi UK (Singh, 1977). Riset tersebut
menfokuskan pada pendukungan mobilitas internasional dari dana kapital kepada
alternatif yang “paling menguntungkan” daripada pengembangan dan pelestarian
unit operasional.
Pendekatan PEA dengan menekankan pada institusional
masyarakat dan menggunakan sebuah model konflik di masyarakat dapat
menghasilkan kerangka untuk studi yang berusaha mempelajari pengaruh
kepentingan seksional sempit dalam mendefinisikan masalah akuntansi dan pilihan
cara untuk menyelesaikan masalah yang ada. Riset tentang proses penemuan
masalah akuntansi juga mempertimbangkan bagaimana sponsorship finansial bisa
memicu beberapa tipe riset akuntansi.
PENDEKATAN DALAM AKUNTANSI EKONOMI POLITIK
PEA
dibagi dalam tiga pendekatan yaitu: pendekatan
normatif, deskriptif, dan kritis
terhadap penelitian akuntansi. Pendekatan tersebut diharapkan bersifat lebih
radikal jika dibandingkan dengan pendekatan yang sudah lazim. Penggabungan
ketiganya merupakan suatu kondisi yang
berharga guna penelitian akuntansi yang “lebih bernilai”
Bertindaklah normatif secara eksplisit.
Peneliti
akuntansi harus menyatakan dengan jelas/eksplisit elemen normatif dalam setiap
rerangka yang diadopsinya. Seluruh penelitian bersifat normatif melalui
pencantuman pilihan nilai peneliti mengenai cara mengorganisasikan masyarakat
(Robinson, 1964; Mattesich, 1978). Meskipun demikian, hanya ada sedikit
peneliti akuntansi yang menyatakan secara eksplisit tentang hal tersebut.
Peneliti
akuntansi harus menyatakan secara eksplisit tentang elemen normatif dalam
penelitiannya, dimaksudkan untuk memfasilitasi koherensi dalam penelitian
akuntansi dan juga untuk mendorong peneliti supaya mengidentifikasi tujuan
aktivitas mereka. Untuk merumuskan nilai tersebut secara eksplisit setidaknya memfasilitasi
dua tujuan besar:
1. Membantu identifikasi dan evaluasi untuk
masing-masing individu dalam setiap penelitian yang memakai paradigma tertentu.
Oleh karena itu, penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam salah satu paradigma
yang sudah ada, misalnya EPA, dan dinilai melalui referensi tentang
ketidakterbantahan/kebenaran paradigma tersebut.
2. Pernyataan secara eksplisit mengenai
pilihan nilai oleh peneliti akan memfasilitasi evaluasi terhadap alternatif
paradigma itu sendiri. Dengan mempertajam variasi program penelitian dengan
elemen normatif yang eksplisit, institusi pendanaan publik dan yang lainnya
seperti asosiasi konsumen, serikat dagang, dan kelompok lingkungan mungkin akan
mengakui penggunaan dan pembatasan sebagian “akuntansi”. Lebih lanjut, pilihan
kebijakan akuntansi akan dikenal sebagai sesuatu yang sosial, di mana hal
tersebut melegitimasikan perhatian atas seluruh kelompok dalam masyarakat.
Perdebatan mengenai nilai akuntansi selanjutnya dikenal sebagai suatu hal yang
politis, bukan sekedar perhatian perusahaan terhadap sektor akuntansi dan
keuangan dalam ekonomi
Bertindaklah Deskriptif.
Saat ini, terdapat beberapa tulisan untuk
penelitian “positif” dalam akuntansi (misalnya Watt & Zimmerman, 1978).
Perluasan selanjutnya menjelaskan bahwa argumen tersebut adalah pendekatan yang
bebas nilai dalam penelitian akuntansi. Kami telah mengindikasikan sebelumnya
mengenai ketidakmungkinan dan juga ketidakinginan pendekatan ini dalam
penelitian. Perluasan argumen yang memperjelas deskripsi “praktik akuntansi”
yang mereka ajukan, merupakan dampak dari akuntansi terhadap masyarakat (dan
vice versa).
kebanyakan penelitian akuntansi yang memanfaatkan
analisis ekonomi marjinal yang tepat dalam merumuskan bentuk dan nilai
akuntansi, merupakan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Adanya keterbatasan
validitas deskripsi, maka diupayakan untuk menyediakan basis yang layak guna
pemahaman dan perancangan sistem akuntansi. Akuntansi secara esensi merupakan
hal yang praktis. Hal tersebut dieksekusi dan dipengaruhi oleh perilaku
individu dan kelompok yang ada di dalam dan di luar organisasi. Upaya untuk
memahami praktik akuntansi, atau akuntansi dalam praktik, maka disarankan untuk
memberikan perhatian yang lebih untuk penelitian deskriptif dalam penelitian
akuntansi. Penelitian seperti itu merupakan upaya untuk mendeskripsikan dan
menginterpretasikan perilaku akuntansi dan akuntan dalam konteks institusi,
masyarakat, dan struktur politik, serta nilai kultural masyarakat di mana
hal-hal tersebut secara historis berada.
Bertindaklah secara kritis.
Dalam
mengembangkan dan mengevaluasi paradigma dan metodologi alternatif, peneliti
perlu untuk menunjukkan kehati-hatian yang kritis, tidak hanya untuk penelitian
yang ada tetapi juga hubungan antara penawaran atas penelitian akuntansi dan
permintaannya dari berbagai macam kepentingan, termasuk profesi, manajer, dan
institusi pendanaan. Kebutuhan akan perilaku kritis ini telah diilustrasikan
dalam diskusi tentang deskripsi yang penting.
Sebagai
subyek yang relatif baru, mungkin tidak mengherankan bahwa riset akuntansi
tidak sereflektif ilmu sosial lainnya (misal, kritik teori organisasi
konvensional ditemukan di Burrell dan Morgan, 1979). Sebuah pendekatan penting
terhadap akuntansi, meski begitu, diawali dari anggapan bahwa masalah dalam
akuntansi juga merupakan masalah di
dalam dan di luar masyarakat, sehingga masalah di luar masyarakat harus
dianalisa secara mendalam. Karena itu, jika ada masalah besar dalam akuntansi,
katakanlah sebuah orientasi yang besar bagi investor, maka perspektif kritis di
sini memperlihatkan bahwa masalah ini adalah refleksi orientasi masyarakat dan
untuk merubah praktek akuntansi dibutuhkan kesadaran (misal, identifikasi
“akun” alternatif dan peran akuntansi dalam masyarakat) dan perubahan sosial.
Dorongan untuk bersikap kritis ini tidak hanya berarti
mempertimbangkan independensi dalam menghadapi tekanan profesional yang
bertambah untuk menghasilkan riset akuntansi “yang relevan dan berguna”. Ini
juga bukan sekadar menilai secara kritis klaim manajer korporat bahwa perubahan
dalam laporan akuntansi memiliki dampak yang tidak diinginkan pada sektor
korporat dan kepentingan publik. Ini melibatkan pengetahuan tentang sifat
problematik akuntansi dan konsep apa yang ada atau tidak ada dalam kepentingan
publik.
KARASTERISTIK DARI AKUNTANSI EKONOMI
POLITIK
Riset dengan menggunakan pendekatan
akuntansi ekonomi politik dapat memperluas penelitian yang melihat fungsi
akuntansi dalam struktur dan lingkungan institusional dimana akuntansi
dipraktekkan. Penelitian tentang
akuntansi akan bermanfaat jika menggunakan pendekatan yang menekankan pada sisi
institusional dan pengaruhnya, investigasi antar berbagai disiplin ilmu, dan
penelitian tentang proses menuju keseimbangan yang dinamis.
Meskipun terdapat banyak perbedaan variasi
ekonomi politik (Frey, 1978), kebanyakn variasi tersebut menekankan pada
hubungan antara kekuatan politik dan ekonomi dalam masyarakat. Dalam
hubungannya dengan penaksiran nilai dari laporan akuntansi perusahaan, PEA
menyatakan bahwa nilai akan muncul sebagaimana nilai tersebut terbentuk (dan
membentuk) baik dalam arena politik maupun ekonomi. Beberapa bentuk-bentuk dari
pendekatan ekonomi politik akuntansi, yaitu 1). Penelitian tentang akuntansi
harus memperhatikan kekuatan dan konflik dalam masyarakat, 2) sejarah spesifik
dan lingkungan institusional masyarakat di mana PEA dipraktikkan, 3) Pandangan
emansipatif atas motivasi manusia dan peraturan akuntansi dalam masyarakat.
D.J. Cooper dan M.J. Sherer bahkan
menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi politis.
1. AEP hendaknya mengakui kekuatan dan
konflik yang terjadi dalam masyarakat dan maka dari itu hendaknya berfokus pada
dampak-dampak dari laporan akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan
kekuatan dalam masyarakat. Fitur ini secara langsung bertentangan dengan konsep
pluralis yang cenderung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat dikendalikan
oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat konflik sosial yang
terus-menerus antara golongangolongan yang pada dasarnya antagonistis.
2. AEP hendaknya mengakui lingkungan historis
dan institusional yang spesifik dari masyarakat di mana ia beroperasi, yaitu
bahwa (a) ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, (b)
ketidaksetaraan (disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi,
dan (c) negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi,
dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelanjaannya, dalam
melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaan-perusahaan besar,
dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya sendiri, dan pada saat yang
bersamaan ikut campur tangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3. AEP hendaknya menerapkan pandangan yang
lebih emansipatif akan motivasi manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi
hendaknya diakui sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab
dari baik motivasi maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan
diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi
pasif. Misalnya: Dalam cara yang sama
seperti profesi medis memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan perumahan,
kondisi sosial dan kesehatan umum dari masyarakat, begitu pula profesi
akuntansi memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan lingkungannya secara
langsung (misalnya, sektor perdagangan dan keuangan dari ekonomi). Usaha-usaha
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan teknik tanpa mempertimbangkan
lingkungan ini dapat menghasilkan pemecahan yang tidak sempurna dan tidak
lengkap dikarenakan adanya penerimaan'dari institusi-institusi dan
praktik-praktik yang ada saat ini.79
RINGKASAN DAN
KESIMPULAN
Pertimbangan dalam paper ini adalah
seputar pandangan riset akuntansi, khususnya terkait pandangan nilai sosial
dari laporan akuntansi, yang memberikan beberapa alternatif bagi paradigma
baru. Pandangan yang dimunculkan di sini adalah bahwa riset akuntansi harus
mencerminkan konteks sosial, politik dan ekonomi dimana akuntansi dijalankan.
Kegagalan untuk memperhatikan konteks ini memunculkan emphasis pada desain
laporan akuntansi yang memenuhi kepentingan shareholder, dan bukan
memperhatikan kepentingan kelompok lain dalam masyarakat.
Emphasis pada kepentingan
shareholder bisa ditemukan dalam studi tentang kegunaan laporan akuntansi
korporat untuk keputusan investor individu, dan dalam studi keseimbangan
parsial dari nilai informasi akuntansi dalam pasar saham efisien. Selain itu,
pendekatan keseimbangan umum yang menggunakan analisis ekonomi ortodoks dengan
cepat dikurangi menjadi sebuah orientasi shareholder dengan mengasumsikan
keberadaan pasar sempurna dan dengan mengabaikan efek laporan akuntansi
terhadap distribusi penghasilan dan kekayaan dalam ekonomi. Terakhir,
kepentingan shareholder atau agen-nya, manajemen korporat, juga dominan dalam
studi tentang konsekuensi ekonomi dari laporan akuntansi, meski ada rekognisi
tentang level konseptual dari pendekatan ini oleh kalangan kelompok lain dalam
masyarakat.
Kita menyarankan perlunya pendekatan
alternatif, perkembangan sebuah ekonomi politik akuntansi, yang menjelaskan
hubungan antara akuntansi dan struktur institusional dari ekonomi. Atribut
untuk riset akuntansi relevan dalam pendekatan ini bisa digambarkan lewat sikap
peneliti yang harus normatif eksplisit (membuat penilaian eksplisit); bersikap
deskriptif (menggambarkan dan menginterpretasikan praktek akuntansi,
akuntansi yang dijalankan), dan bersikap kritis (mengenali sifat
problematika akuntansi dan khususnya konsep kepentingan publik). Ada tiga saran
untuk riset yang dijalankan dalam sebuah ekonomi politik dari akuntansi, yaitu
peran dan bentuk akuntansi dalam definisi alternatif dari kesejahteraan sosial;
penggunaan laporan akuntansi sebagai instrumen ideologi, dan kepentingan dan
institusi yang mempengaruhi identifikasi masalah akuntansi, dan tipe riset
akuntansi yang dijalankan. Kita tidak menyarankan bahwa riset tersebut akan
menjadi mudah. Dengan dominansi dan tidak ditoleransikannya pendekatan riset
dalam laporan korporat, maka pencarian dana dan ruang jurnal untuk riset yang
lebih radikal menjadi lebih sulit. Bisa dikatakan bahwa riset diperlukan pada
level konseptual dan level empiris. Masalah dari level empiris (termasuk yang
terkait dengan kesulitan penggunaan statistik sosial dan ekonomi yang
dihasilkan pada basis konseptualisasi masyarakat) mendorong peneliti untuk
menginvestigasi beberapa persoalan yang dikemukakan, tapi ini seperti
memberikan tantangan bagi peneliti untuk menghasilkan akun yang “lebih baik”
dan akuntansi yang lebih akuntabel.
Meskipun, kita bisa setuju bahwa
(dalam sebuah masyarakat demokratik) kita perlu menghasilkan beberapa program
riset ilmiah dalam riset akuntansi, ini adalah sebuah tema penting dalam paper
yang mana sejumlah pasar tidak bersikap netral dalam aktivitas atau efeknya.
Karena itu, riset akuntansi tidak cukup hanya menggunakan pasar untuk mendukung
riset yang punya pendekatan berbeda dari paradigma yang ada. Untuk menghasilkan
perkembangan dalam sebuah ekonomi politik dari akuntansi, penelitian normatif,
deskriptif dan kritis perlu dijalankan dan dilestarikan secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, Peter. 1993. Accounting in churches: a research framework and
agenda. Accounting, Auditing and Accountability jaornal 6 (4): 37-67.
Burell, Gibson and Morgan gareth, 1979. Sosiological Paradigm and
Organisational Anaysis : Elements of the Sosiology of Corporate Life. London : Heinemann.
Burke, D. And B. Swindle. 1988. Church accounting: Is there only one
way?. The Woman CPA July: 27-31.
Chua. Wai Fong. 1986. Radical Developments in Acconting Thought. The
Accounting Review LX1 (4): 601-32.
Cunningham, G. and D. Reemsnyder. 1983. Church Acconting: The other
side of stewardship. Management Accounting August: 58-62.
Dillard, Jesse F. 1991. Accounting as a critical sosial science.
Accounting Auditing & accounting Jurnal 4 (1): 8-28.
Hadiwinata. Bob Sugeng. 1994. Theatrum Politicum : Posmodernisme dan
Krisis Kapitalisme Dunia. Kalam. Edisi 1 : 23-31.
Hopwood, Anthony G. 1983. On trying to Studi Accounting in the
contexts in which it operates. Accounting, Organization and Society 8 (2/3);
287-305
King, A. 1988. Automating churh Accounting. Management Accounting
(US) March: 18-20.
Laughlin, R. 1988. Accounting in its social context: an analysis of
the accounting system of the Church of England. Accounting Auditing and
Accountability Journal. 1 (2): 19-42.
Lauglin, R. 1990, A Model of financial accountability and the Church
of England. Financial Accountability and Management. 6 (2): 93-114.
Manicas, Peter. 1993. Accounting as a human sciences. Accounting, organization
and Society 18 (7/8) 631-47
Miller, Peter and Cristopher napier. 1993. Geneologis of
Calculation. Accounting, Organization and
Society 18 (7/8) 631-47
Morgan, Gareth. 1988. Accounting as reality construction: toward a
new epistemology for accounting practice. Accounting, Oragnization and Society
13 (5): 477-85.
Muhajir, Noeng, H. 2000. metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV.
Penerbit Rake sarasin.
Rosenau, Pauline Marie. 1992. Post-Modernism and the Social
Sciences: insigts, Inroads, and Instruction. Princeston,
NJ : Princeton University
Press.
Sarantakos, S.1993. Social Research. Melbourne: macmillan Education Australia Pty,
Ltd.
Sterling, Robert R. 1990. positive Accounting: an assessment. ABACUS 26 (2):
97-135.
Sukoharsono, Eko Ganis. 2006. Alternatif Riset Kualitatif Sains
Akuntansi : Biografi, Phenomenologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi dan
Case Studi. Artikel : Universitas Brawijaya Malang.
Triyuwono, Iwan. 2000.
Akuntansi Syariah: implementasi Nilai Keadilan dalam Format Metafora Amanah.
JAAI Volume 4 No 1
Triyuwono, Iwan. 2000. Short
Course Metodologi Penelitian Alternatif Diselenggarakan Oleh Centre for
Business and Islamic Economics studies (CBIES) FE-Unibraw Bersama IAI
kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPD) di FE Unibraw.
Watts, Ross L. And Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive accounting
Theory. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall Inc.
Mantap atikelnya
BalasHapusJgn lupa kunjungin blog ane y:
Reddit adalah media sosial berpotensial untuk menyaingi facebook & twitter - http://www.mrdfi.net/2013/04/reddit-media-sosial-berpotensial-menyaingi-facebook-twiiter/