Jumat, 10 Februari 2012

AKUNTANSI EKONOMI POLITIK: ALTERNATIF METODOLOGI AKUNTANSI

Oleh:
Herman Darwis

PENDAHULUAN
Akuntansi secara tradisional dipahami dan diajarkan sebagai satu set prosedur rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi, yaitu informasi.yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pengendalian          ( Watts aan Zimmerman 1986; Horngren dan Foster 1991). Dalam pengertian ini, akuntansi tampak seperti teknologi yang kelihatan konkrit, tangible dan bebas dari nilai masyarakat (value-free) dimana akuntansi tersebut dipraktikkan.
Pandangan konvensional ini bukannya keliru, tetapi pandangan yang homogen kurang menciptakan daya cipta. Perbedaan pandangan justru akan mendorong semakin berkembangnya teori akuntansi dan memperkaya  pengetahuan kita tentang ilmu akuntansi itu sendiri. Para akuntan yang mengikuti paham konvensional melihat akuntansi dalam pengertian yang sempit. Mereka lebih menekankan kepada teknologi akuntansi dengan mengesampingkan peran pelaku dan konteks sosial dimana akuntansi itu diterapkan. Sehingga, seperti halnya para pendukung historical dan current cost, para akuntan masih memfokuskan perhatiannya pada nilai laporan keuangan untuk kepentingan para pemegang saham atau pemilik modal.
Pandangan ini dalam studi kontemporer ternyata mendapatkan kritik yang keras dari pihak lain terutama kritik dari sisi asumsi filosofisnya.  Sejak tahun 1980-an, mulai ada perhatian dari para peneliti akuntansi dalam memahami nilai akuntansi dalam pengertian yang lebih luas, misalnya dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan  organisasi. Adanya perhatian semacam ini berakibat pemahaman akuntansi menjadi berubah, yaitu akuntansi mulai dipahami sebagai entitas yang selalu berubah (an ever-r-changing entry) dengan kata lain, akuntansi tidak lagi dipandang sebagai produk jadi atau statis (a static or finished product) dari suatu masyarakat, tetapi dipandang sebagai produk yang selalu mengalami perubahan setiap waktu tergantung pada lingkungan dimana ia hidup dan dipraktekan
            Oleh karena itu telah banyak pemikir yang mencoba memberikan alternatif akuntansi. Hayashi (1989) dalam Harahap (2007: 47) misalnya mengemukakan beberapa school of though yang menganjurkan new paradigm of accounting misalnya: British Critical Accounting School, Political Ekonomi of Accounting, Howood’s alternative accounting, Gambling’ Sosietal accounting.
            Tulisan ini akan mengulas akuntansi ekonomi politik sebagai salah satu alternative dari penelitian akuntansi yang memahami dan mengevaluasi fungsi akuntansi dalam konteks lingkungan ekonomi, social dan politik.
AKUNTANSI EKONOMI POLITIK
            Defenisi dari Akuntansi Ekonomi Politik yaitu Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi di dalam ekonomi secara keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaannya, suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktur institusional dari masyarakat sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang baru.
            Akuntansi akonomi politik tidak seperti akuntansi konvensional dalam pengakuan modal,  bagi akuntansi ekonomi politik mengakui adanya dua dimensi modal:
1.      Sebagai instrumen (fisik) dari produksi.
2.      Sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam organisasi sosial.
            Perbedaan bentuk masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama, undang-undang dan peraturan, administrasi politik pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas terdapat kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk eksploitasi, pengasingan, dan ketidakadilan,
            Oleh karena itu, tidak seperti pada akuntansi konvensional, disini akuntansi memainkan sebuah peranan ideologis dalam melegitimasi ideologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam hubungan antara golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak merata. Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
            Sebagai contoh lain, penelitian yang dihasilkan oleh positivis untuk menilai kegunaan dari laporan-laporan perusahaan bagi para pengguna hanya memiliki implikasi bagi nilai informasi pribadi dengan bias untuk para pemegang saham dan golongan manajer di dalam masyarakat, tidak membantu dalam merancang atau membuat alternatif pilihan laporan-laporan akuntansi yang ditujukan untuk menginformasikan kesejahteraan sosial. Dampak dari laporan-laporan akuntansi perusahaan bagi kesejahteraan sosial termasuk di dalam bidang akuntansi ekonomi politis .
            Apakah akuntansi ekonomi politis itu selain dugaan adanya perhatian yang ia miliki dalam ideologi dan kesejahteraan sosial? la merupakan suatu pendekatan akuntansi alternatif yang ditujukan untuk melihat fungsi akuntansi di dalam lingkungan struktural dan institusional yang lebih luas di mana ia beroperasi.

KERANGKA RISET DALAM PEA

            Political Economy of Accounting (PEA) menghasilkan kerangka yang lebih luas dan lebih holistik untuk menganalisa dan memahami nilai laporan, berikut ini ditampilkan kerangka riset dalam PEA:

Akuntansi dan kesejahteraan sosial

          Riset akuntansi memperliahatkan bahwa semua keputusan kebijakan akuntansi, termasuk pilihan sistem pengukuran akuntansi yang tepat, harus dibuat menurut kontribusi setiap alternatif kepada keseluruhan kesejahteraan sosial (Beaver dan Demski, 1974). Masalah yang dianggap penting di sini berkisar seputar definisi dan pengukuran kesejahteraan sosial. Meski peran sosial dari akuntansi telah banyak dijelaskan di beberapa waktu (misal, Scott, 1931)
          Prinsip kesejahteraan sosial masih diperdebatkan dan bersifat politis. Dalam hal ini, riset akuntansi harus memutuskan suatu cara yang lebih eksplisit tentang  kepentingan mana yang dilayaninya. Konseptualisasi alternatif tentang kesejahteraan sosial bisa menggunakan pandangan agregat tentang masyarakat, yang menfokuskan pada indikator sosial dari kesejahteraan, seperti  perubahan dalam penghasilan nasional,  distribusi kekayaan, statistik mortalitas, dan sebagainya. Dengan konseptualisasi kesejahteraan sosial agregat, nilai laporan korporat bisa mendukung pembentukan statistik ekonomi agregat dan perencanaan nasional.
          Selain itu, cara pengukuran kesejahteraan sosial bisa berinteraksi dengan konseptualisasi kesejahteraan sosial dari peneliti. Peneliti akuntansi, contohnya, harus mengetahui bahwa dalam memilih nilai uang untuk mengukur biaya sosial dan keuntungan sistem akuntansi alternatif, mereka harus menerima bahwa maksimisasi kekayaan adalah proksi yang tepat untuk kesejahteraan sosial. Masih banyak keraguan seputar kebijaksanaan dari pilihan tersebut, sebagian karena eksklusi “barang bebas” dari sebuah kalkulus (Schumacher, 1974). Meski begitu, riset harus dilakukan untuk menaksir nilai sistem akuntansi alternatif dalam parameter lain seperti pekerjaan, kesehatan atau martabat diri, yang masing-masing adalah indikator untuk proksi kesejahteraan sosial.          Perlunya upaya untuk menggunakan beberapa ukuran kesejahteraan sosial untuk itu peneliti akuntansi harus bekerjasama secara erat dengan ilmuwan sosial lainnya, termasuk pakar sosiologi, psikologi, dan ekonomi. Tetapi tidak disarankan untuk menggunakan akuntansi sosial konvensional atau analisis keuntungan biaya dimana dimensi yang digunakan hanyalah dimensi tunggal yaitu uang dan dinilai menurut harga pasar.

Akuntansi sebagai ideologi

            Dalam situasi dimana ada konflik seputar target aktivitas sosial, Burchell dkk (1980) berpendapat bahwa informasi akuntansi punya sebuah fungsi ideologi yang mana ini digunakan untuk melegitimasi aktivitas tertentu atau merasionalisasikan perilaku sebelumnya. Riset tentang peran ideologi bisa berada dalam bentuk investigasi tentang kepentingan mana dalam ekonomi yang perlu dipenuhi dan kepentingan mana yang bisa diabaikan oleh sistem pengukuran akuntansi yang digunakan dalam laporan korporat.
          Perspektif ideologi ini adalah pertimbangan bagaimana laporan akuntansi digunakan dalam situasi yang penuh konflik ekonomi dan politis. “Banyak laporan dari Counter Information Services dapat dipandang sebagai upaya untuk memberikan sumberdaya informasi bagi para pekerja yang memperjuangkan sesuatu, dan berhadapan dengan sifat dari sistem ekonomi dan sosial yang menjadi sebab dan isi perjuangan tersebut” (Ridgers, 1979). Dalam konteks penawaran kolektif, Sherer dkk (1981) berpendapat bahwa manajer cenderung mendisklosur informasi akuntansi kepada serikat buruh untuk memberikan bukti tentang ketidakmampuannya dalam membayar upah yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika angka akuntansi konvensional tidak menunjukkan posisi yang menguntungkan menurut perspektif manajemen, seperti ketika perusahaan punya kemampuan untuk membayar upah tinggi, manajer dapat menolak mendisklosur informasi akuntansi atau memberikan batasan bagi konvensi akuntansi yang ada.
          Solomons (1978) berpendapat bahwa akuntansi yang berguna harus menjadi target dari kartografi. Meski begitu, kecil kemungkinan bahwa metode akuntansi bisa netral dalam efeknya terhadap perilaku dan distribusi penghasilan dan kekayaan dalam ekonomi. Karena itu, penggunaan satu sistem pengukuran akuntansi bisa membantu mempertahankan kekuasaan terhadap kepentingan di atas lainnya dalam masyarakat. Studi riset tentang akuntansi sebagai ideologi akan menghasilkan pemahaman tentang hubungan antara akuntansi dan distribusi sumberdaya dan kekuasan di dalam masyarakat, dan bisa menjelaskan beberapa tipe sistem akuntansi yang dianggap tepat jika struktur masyarakat harus dirubah.

Identifikasi masalah akuntansi

            Profesi dan peneliti akuntansi seringkali menjustifikasi pilihan masalah akuntansi yang harus diinvestigasi menurut kepentingan publik. Meski begitu, makna frase “kepentingan publik” dan pengaruhnya terhadap pilihan masalah akuntansi patut diteliti lebih lanjut. Gouldner (1970) berpendapat bahwa ilmu pengetahuan sosial cenderung dipengaruhi oleh kebutuhan klien dalam mendefinisikan riset relevan. Johnson (1972) mengatakan bahwa klien dari akuntansi adalah korporasi indusri dan komersial dan bahwa profesi akuntansi bisa dijalankan dalam patronase korporat. Beberapa studi juga memperlihatkan bahwa ada persamaan kepentingan antar investor, korporasi multinasional dan perusahaan audit multinasional besar (Rockness dan Nicolai, 1977; US Senate, 1976; Hussein dan Ketz, 1980). Persamaan ini bisa dilihat ketika kebijakan akuntansi tidak merepresentasikan kepentingan kelas atau kelompok lain di dalam masyarakat. Contoh, Lowe dkk (1981) berpendapat bahwa kebijakan akuntansi cenderung melayani kepentingan sektor finansial yang berlawanan dengan sektor industri di UK. Riset akuntansi (dan pasar kapital) bisa memicu adanya de-industrialisasi ekonomi UK (Singh, 1977). Riset tersebut menfokuskan pada pendukungan mobilitas internasional dari dana kapital kepada alternatif yang “paling menguntungkan” daripada pengembangan dan pelestarian unit operasional.
            Pendekatan PEA  dengan menekankan pada institusional masyarakat dan menggunakan sebuah model konflik di masyarakat dapat menghasilkan kerangka untuk studi yang berusaha mempelajari pengaruh kepentingan seksional sempit dalam mendefinisikan masalah akuntansi dan pilihan cara untuk menyelesaikan masalah yang ada. Riset tentang proses penemuan masalah akuntansi juga mempertimbangkan bagaimana sponsorship finansial bisa memicu beberapa tipe riset akuntansi.

PENDEKATAN DALAM AKUNTANSI EKONOMI POLITIK
            PEA dibagi dalam tiga pendekatan  yaitu: pendekatan  normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Pendekatan tersebut diharapkan bersifat lebih radikal jika dibandingkan dengan pendekatan yang sudah lazim. Penggabungan ketiganya  merupakan suatu kondisi yang berharga guna penelitian akuntansi yang “lebih bernilai”
Bertindaklah normatif secara eksplisit.
            Peneliti akuntansi harus menyatakan dengan jelas/eksplisit elemen normatif dalam setiap rerangka yang diadopsinya. Seluruh penelitian bersifat normatif melalui pencantuman pilihan nilai peneliti mengenai cara mengorganisasikan masyarakat (Robinson, 1964; Mattesich, 1978). Meskipun demikian, hanya ada sedikit peneliti akuntansi yang menyatakan secara eksplisit tentang hal tersebut.     
            Peneliti akuntansi harus menyatakan secara eksplisit tentang elemen normatif dalam penelitiannya, dimaksudkan untuk memfasilitasi koherensi dalam penelitian akuntansi dan juga untuk mendorong peneliti supaya mengidentifikasi tujuan aktivitas mereka. Untuk merumuskan nilai tersebut secara eksplisit setidaknya memfasilitasi dua tujuan besar:
1.      Membantu identifikasi dan evaluasi untuk masing-masing individu dalam setiap penelitian yang memakai paradigma tertentu. Oleh karena itu, penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam salah satu paradigma yang sudah ada, misalnya EPA, dan dinilai melalui referensi tentang ketidakterbantahan/kebenaran paradigma tersebut.
2.      Pernyataan secara eksplisit mengenai pilihan nilai oleh peneliti akan memfasilitasi evaluasi terhadap alternatif paradigma itu sendiri. Dengan mempertajam variasi program penelitian dengan elemen normatif yang eksplisit, institusi pendanaan publik dan yang lainnya seperti asosiasi konsumen, serikat dagang, dan kelompok lingkungan mungkin akan mengakui penggunaan dan pembatasan sebagian “akuntansi”. Lebih lanjut, pilihan kebijakan akuntansi akan dikenal sebagai sesuatu yang sosial, di mana hal tersebut melegitimasikan perhatian atas seluruh kelompok dalam masyarakat. Perdebatan mengenai nilai akuntansi selanjutnya dikenal sebagai suatu hal yang politis, bukan sekedar perhatian perusahaan terhadap sektor akuntansi dan keuangan dalam ekonomi
Bertindaklah Deskriptif.
            Saat ini, terdapat beberapa tulisan untuk penelitian “positif” dalam akuntansi (misalnya Watt & Zimmerman, 1978). Perluasan selanjutnya menjelaskan bahwa argumen tersebut adalah pendekatan yang bebas nilai dalam penelitian akuntansi. Kami telah mengindikasikan sebelumnya mengenai ketidakmungkinan dan juga ketidakinginan pendekatan ini dalam penelitian. Perluasan argumen yang memperjelas deskripsi “praktik akuntansi” yang mereka ajukan, merupakan dampak dari akuntansi terhadap masyarakat (dan vice versa).
            kebanyakan penelitian akuntansi yang memanfaatkan analisis ekonomi marjinal yang tepat dalam merumuskan bentuk dan nilai akuntansi, merupakan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Adanya keterbatasan validitas deskripsi, maka diupayakan untuk menyediakan basis yang layak guna pemahaman dan perancangan sistem akuntansi. Akuntansi secara esensi merupakan hal yang praktis. Hal tersebut dieksekusi dan dipengaruhi oleh perilaku individu dan kelompok yang ada di dalam dan di luar organisasi. Upaya untuk memahami praktik akuntansi, atau akuntansi dalam praktik, maka disarankan untuk memberikan perhatian yang lebih untuk penelitian deskriptif dalam penelitian akuntansi. Penelitian seperti itu merupakan upaya untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan perilaku akuntansi dan akuntan dalam konteks institusi, masyarakat, dan struktur politik, serta nilai kultural masyarakat di mana hal-hal tersebut secara historis berada.
Bertindaklah secara kritis.
            Dalam mengembangkan dan mengevaluasi paradigma dan metodologi alternatif, peneliti perlu untuk menunjukkan kehati-hatian yang kritis, tidak hanya untuk penelitian yang ada tetapi juga hubungan antara penawaran atas penelitian akuntansi dan permintaannya dari berbagai macam kepentingan, termasuk profesi, manajer, dan institusi pendanaan. Kebutuhan akan perilaku kritis ini telah diilustrasikan dalam diskusi tentang deskripsi yang penting.
            Sebagai subyek yang relatif baru, mungkin tidak mengherankan bahwa riset akuntansi tidak sereflektif ilmu sosial lainnya (misal, kritik teori organisasi konvensional ditemukan di Burrell dan Morgan, 1979). Sebuah pendekatan penting terhadap akuntansi, meski begitu, diawali dari anggapan bahwa masalah dalam akuntansi juga merupakan  masalah di dalam dan di luar masyarakat, sehingga masalah di luar masyarakat harus dianalisa secara mendalam. Karena itu, jika ada masalah besar dalam akuntansi, katakanlah sebuah orientasi yang besar bagi investor, maka perspektif kritis di sini memperlihatkan bahwa masalah ini adalah refleksi orientasi masyarakat dan untuk merubah praktek akuntansi dibutuhkan kesadaran (misal, identifikasi “akun” alternatif dan peran akuntansi dalam masyarakat) dan perubahan sosial.
          Dorongan untuk bersikap kritis ini tidak hanya berarti mempertimbangkan independensi dalam menghadapi tekanan profesional yang bertambah untuk menghasilkan riset akuntansi “yang relevan dan berguna”. Ini juga bukan sekadar menilai secara kritis klaim manajer korporat bahwa perubahan dalam laporan akuntansi memiliki dampak yang tidak diinginkan pada sektor korporat dan kepentingan publik. Ini melibatkan pengetahuan tentang sifat problematik akuntansi dan konsep apa yang ada atau tidak ada dalam kepentingan publik.
KARASTERISTIK DARI AKUNTANSI  EKONOMI POLITIK
Riset dengan menggunakan pendekatan akuntansi ekonomi politik dapat memperluas penelitian yang melihat fungsi akuntansi dalam struktur dan lingkungan institusional dimana akuntansi dipraktekkan. Penelitian tentang akuntansi akan bermanfaat jika menggunakan pendekatan yang menekankan pada sisi institusional dan pengaruhnya, investigasi antar berbagai disiplin ilmu, dan penelitian tentang proses menuju keseimbangan yang dinamis.
Meskipun terdapat banyak perbedaan variasi ekonomi politik (Frey, 1978), kebanyakn variasi tersebut menekankan pada hubungan antara kekuatan politik dan ekonomi dalam masyarakat. Dalam hubungannya dengan penaksiran nilai dari laporan akuntansi perusahaan, PEA menyatakan bahwa nilai akan muncul sebagaimana nilai tersebut terbentuk (dan membentuk) baik dalam arena politik maupun ekonomi. Beberapa bentuk-bentuk dari pendekatan ekonomi politik akuntansi, yaitu 1). Penelitian tentang akuntansi harus memperhatikan kekuatan dan konflik dalam masyarakat, 2) sejarah spesifik dan lingkungan institusional masyarakat di mana PEA dipraktikkan, 3) Pandangan emansipatif atas motivasi manusia dan peraturan akuntansi dalam masyarakat.
            D.J. Cooper dan M.J. Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi politis.
1.      AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat dan maka dari itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak dari laporan akuntansi pada pembedaan laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Fitur ini secara langsung bertentangan dengan konsep pluralis yang cenderung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat dikendalikan oleh kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat konflik sosial yang terus-menerus antara golongan­golongan yang pada dasarnya antagonistis.
2.      AEP hendaknya mengakui lingkungan historis dan institusional yang spesifik dari masyarakat di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar, (b) ketidaksetaraan (disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi, dan (c) negara memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola ekonomi, dalam ketidakmampuan untuk mengendalikan tingkat pembelanjaannya, dalam melindungi kepentingan-kepentingan komersial dari perusahaan-perusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial dan legitimasinya sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan akuntansi.
3.      AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif akan motivasi manusia dan peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari baik motivasi maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian kepentingan diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.  Misalnya: Dalam cara yang sama seperti profesi medis memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan perumahan, kondisi sosial dan kesehatan umum dari masyarakat, begitu pula profesi akuntansi memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan lingkungannya secara langsung (misalnya, sektor perdagangan dan keuangan dari ekonomi). Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan-permasalahan teknik tanpa mempertimbangkan lingkungan ini dapat menghasilkan pemecahan yang tidak sempurna dan tidak lengkap dikarenakan adanya penerimaan'dari institusi-institusi dan praktik-praktik yang ada saat ini.79
RINGKASAN DAN KESIMPULAN
            Pertimbangan dalam paper ini adalah seputar pandangan riset akuntansi, khususnya terkait pandangan nilai sosial dari laporan akuntansi, yang memberikan beberapa alternatif bagi paradigma baru. Pandangan yang dimunculkan di sini adalah bahwa riset akuntansi harus mencerminkan konteks sosial, politik dan ekonomi dimana akuntansi dijalankan. Kegagalan untuk memperhatikan konteks ini memunculkan emphasis pada desain laporan akuntansi yang memenuhi kepentingan shareholder, dan bukan memperhatikan kepentingan kelompok lain dalam masyarakat.
            Emphasis pada kepentingan shareholder bisa ditemukan dalam studi tentang kegunaan laporan akuntansi korporat untuk keputusan investor individu, dan dalam studi keseimbangan parsial dari nilai informasi akuntansi dalam pasar saham efisien. Selain itu, pendekatan keseimbangan umum yang menggunakan analisis ekonomi ortodoks dengan cepat dikurangi menjadi sebuah orientasi shareholder dengan mengasumsikan keberadaan pasar sempurna dan dengan mengabaikan efek laporan akuntansi terhadap distribusi penghasilan dan kekayaan dalam ekonomi. Terakhir, kepentingan shareholder atau agen-nya, manajemen korporat, juga dominan dalam studi tentang konsekuensi ekonomi dari laporan akuntansi, meski ada rekognisi tentang level konseptual dari pendekatan ini oleh kalangan kelompok lain dalam masyarakat.
            Kita menyarankan perlunya pendekatan alternatif, perkembangan sebuah ekonomi politik akuntansi, yang menjelaskan hubungan antara akuntansi dan struktur institusional dari ekonomi. Atribut untuk riset akuntansi relevan dalam pendekatan ini bisa digambarkan lewat sikap peneliti yang harus normatif eksplisit (membuat penilaian eksplisit); bersikap deskriptif (menggambarkan dan menginterpretasikan praktek akuntansi, akuntansi yang dijalankan), dan bersikap kritis (mengenali sifat problematika akuntansi dan khususnya konsep kepentingan publik). Ada tiga saran untuk riset yang dijalankan dalam sebuah ekonomi politik dari akuntansi, yaitu peran dan bentuk akuntansi dalam definisi alternatif dari kesejahteraan sosial; penggunaan laporan akuntansi sebagai instrumen ideologi, dan kepentingan dan institusi yang mempengaruhi identifikasi masalah akuntansi, dan tipe riset akuntansi yang dijalankan. Kita tidak menyarankan bahwa riset tersebut akan menjadi mudah. Dengan dominansi dan tidak ditoleransikannya pendekatan riset dalam laporan korporat, maka pencarian dana dan ruang jurnal untuk riset yang lebih radikal menjadi lebih sulit. Bisa dikatakan bahwa riset diperlukan pada level konseptual dan level empiris. Masalah dari level empiris (termasuk yang terkait dengan kesulitan penggunaan statistik sosial dan ekonomi yang dihasilkan pada basis konseptualisasi masyarakat) mendorong peneliti untuk menginvestigasi beberapa persoalan yang dikemukakan, tapi ini seperti memberikan tantangan bagi peneliti untuk menghasilkan akun yang “lebih baik” dan akuntansi yang lebih akuntabel.
            Meskipun, kita bisa setuju bahwa (dalam sebuah masyarakat demokratik) kita perlu menghasilkan beberapa program riset ilmiah dalam riset akuntansi, ini adalah sebuah tema penting dalam paper yang mana sejumlah pasar tidak bersikap netral dalam aktivitas atau efeknya. Karena itu, riset akuntansi tidak cukup hanya menggunakan pasar untuk mendukung riset yang punya pendekatan berbeda dari paradigma yang ada. Untuk menghasilkan perkembangan dalam sebuah ekonomi politik dari akuntansi, penelitian normatif, deskriptif dan kritis perlu dijalankan dan dilestarikan secara aktif.







DAFTAR PUSTAKA
Booth, Peter. 1993. Accounting in churches: a research framework and agenda. Accounting, Auditing and Accountability jaornal 6 (4): 37-67.

Burell, Gibson and Morgan gareth, 1979. Sosiological Paradigm and Organisational Anaysis : Elements of the Sosiology of Corporate Life. London : Heinemann.

Burke, D. And B. Swindle. 1988. Church accounting: Is there only one way?. The Woman CPA July: 27-31.

Chua. Wai Fong. 1986. Radical Developments in Acconting Thought. The Accounting Review LX1 (4): 601-32.

Cunningham, G. and D. Reemsnyder. 1983. Church Acconting: The other side of stewardship. Management Accounting August: 58-62.

Dillard, Jesse F. 1991. Accounting as a critical sosial science. Accounting Auditing & accounting Jurnal 4 (1): 8-28.

Hadiwinata. Bob Sugeng. 1994. Theatrum Politicum : Posmodernisme dan Krisis Kapitalisme Dunia. Kalam. Edisi 1 : 23-31.

Hopwood, Anthony G. 1983. On trying to Studi Accounting in the contexts in which it operates. Accounting, Organization and Society 8 (2/3); 287-305

King, A. 1988. Automating churh Accounting. Management Accounting (US) March: 18-20.

Laughlin, R. 1988. Accounting in its social context: an analysis of the accounting system of the Church of England. Accounting Auditing and Accountability Journal. 1 (2): 19-42.

Lauglin, R. 1990, A Model of financial accountability and the Church of England. Financial Accountability and Management. 6 (2): 93-114.

Manicas, Peter. 1993. Accounting as a human sciences. Accounting, organization and Society 18 (7/8) 631-47

Miller, Peter and Cristopher napier. 1993. Geneologis of Calculation. Accounting, Organization and  Society 18 (7/8) 631-47
Morgan, Gareth. 1988. Accounting as reality construction: toward a new epistemology for accounting practice. Accounting, Oragnization and Society 13 (5): 477-85.

Muhajir, Noeng, H. 2000. metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV. Penerbit Rake sarasin.

Rosenau, Pauline Marie. 1992. Post-Modernism and the Social Sciences: insigts, Inroads, and Instruction. Princeston, NJ : Princeton University Press.

Sarantakos, S.1993. Social Research. Melbourne: macmillan Education Australia Pty, Ltd.
Sterling, Robert R. 1990. positive Accounting: an assessment. ABACUS 26 (2): 97-135.
Sukoharsono, Eko Ganis. 2006. Alternatif Riset Kualitatif Sains Akuntansi : Biografi, Phenomenologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi dan Case Studi. Artikel : Universitas Brawijaya Malang.

Triyuwono, Iwan.  2000. Akuntansi Syariah: implementasi Nilai Keadilan dalam Format Metafora Amanah. JAAI Volume 4 No 1

Triyuwono, Iwan.  2000. Short Course Metodologi Penelitian Alternatif Diselenggarakan Oleh Centre for Business and Islamic Economics studies (CBIES) FE-Unibraw Bersama IAI kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPD) di FE Unibraw.

Watts, Ross L. And Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive accounting Theory. Englewood Cliffs: Prentice-Hall Inc.

1 komentar:

  1. Mantap atikelnya

    Jgn lupa kunjungin blog ane y:

    Reddit adalah media sosial berpotensial untuk menyaingi facebook & twitter - http://www.mrdfi.net/2013/04/reddit-media-sosial-berpotensial-menyaingi-facebook-twiiter/

    BalasHapus